MEDIA INFORMASI DAN PENGETAHUAN

Jumat, 03 Agustus 2012

Mezanin, sering disebut Lantai "Setengah"

  Istilah MEZANIN (mezzanine) merupakan hasil penyerapan dari kata berbahasa latin, yakni mezzanino, artinya berada di tengah-tengah atau setengah. Selain dari makna tersebut, keberadaan mezanin ditandai oleh adanya perbedaan ketinggian pada suatu lantai (split level).
  Dalam dunia arsitektur, kata mezanin kerap diapaki untuk menjelaskan suatu kondisi ruang yang berada di antara lantai utama (misalnya lantai 1) dan bidang atap/plafon atau lantai 2 di atasnya (misalnya lantai 2). Sesuai dengan makna aslinya yaitu setengah, luas lantai mezanin tidak sebesar lantai utama melainkan hanya sebagian. Oleh sebab itu akan terbentuk ruang kosong di atas sebagian lantai utama, biasa disebut void, sebagai akibat tidak penuhnya luas lantai mezanin.
Gambar: Mezanin

  Adanya ruang void memungkinkan seseorang yang berada di bawah dapat berkomunikasi dengan orang yang berada di lantai mezanin. "Inilah salah satu ciri dari mezanin", jelas Dr. Ing. Ir. Ferryanto Chaidir (pengajar jurusan Teknik Arsitektur UI). Menurut Ferry, bidang pembatas antara lantai utama dan mezanin tidak masif melainkan terbuka, misalnya berupa dinding atau pagar yang cuma tinggi biasanya berupa ruang yang umum digunakan, seperti ruang keluarga atau ruang kerja bersama. Karena bersifat umum maka tidak dibutuhkan sekat-sekat yang masif.
Gambar: bentuk 2D mezanin


   Tujuan dari pembuatan lantai mezanin antara lain karena faktor psikologis pada ruang. Dengan adanya ruang kosong (void) di atas lantai utama akan membuat ruang lebih luas. Hal ini akan menciptakan rasa lebih bebas bagi orang yang berada di dalamnya. Efek dari void mampu menampilkan suasana tertentu. Bila tangga penghubung lantai utama dan mezanin ditampilkan menarik, juga akan memberikan ilai "lebih" pada ruang.
Gambar: contoh bentuk 3D mezanin


   Tren membuat mezanin pada rumah tinggal sempat populer beberapa saat yang lalu, namun kini sudah semakin berkurang. Perawatan untuk dinding, kaca, dan elemen lain pada void agak merepotkan oleh karena ketinggiannya yang sulit dijangkau. Pemasangan lampu pada plafon yang tinggi juga akan menyulitkan pada saat penggantiannya. Di sisi lain, adanya ruang kosong dapat memboroskan ruang. Pada rumah yang sempit justru ruang kosong dapat digunakan untuk berbagai hal yang bermanfaat. untuk itu jika memutuskan untuk membuat mezanin pada rumah tinggal, Anda harus memikirkan segi perawatan dan efisiensi ruangnya.

Rabu, 01 Agustus 2012

Penempatan Furniture pada Rumah Tinggal Type-72

Denah Furniture Lt.1


Denah Furniture Lt.2











FENOMENA MASALAH PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah
           Masalah yang menjadi sorotan utama pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah bagaimana LPTK dapat menghasilkan lulusan yang benar-benar memiliki kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mempunyai tugas untuk memelihara dan mengembangkan disiplin-disiplin ilmu yang ada, tetapi pembinaan, pemeliharaan dan pengembangan ilmu-ilmu tersebut selamanya berada dalam kawasan ilmu pendidikan. Sementara itu, ilmu pendidikan sendiri selalu pula dipelihara, dibina dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan-tuntutan relevansi dan efisiensi serta memungkinkan semua masyarakat Indonesia memperoleh kesempatan  pendidikan serta sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang tepat guna dan mutakhir.
            Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) merupakan salah satu fakultas di UPI yang di dalamnya terdapat beberapa jurusan, salah satunya adalah Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur (JPTA). Jurusan ini memiliki 3 (tiga) Program Studi; yaitu Pendidikan Teknik Arsitektur (S.Pd), Teknik Arsitektur (S.T) dan D-III Teknik Perumahan (A.Md). Program studi S-1 Pendidikan Teknik Arsitektur menyiapkan mahasiswa untuk menjadi tenaga kerja profesional di bidang kependidikan. Oleh karena itu, keberadaan semua jurusan di lingkungan FPTK-UPI sebagai suatu lembaga yang menghasilkan tenaga pendidik dalam bidang teknologi kejuruan tidak dapat dipisahkan dengan dunia Pendidikan Menengah Kejuruan, baik di dalam persekolahan maupun di luar persekolahan.
        Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 Ayat 1). Guru juga harus dapat mengembangkan kemampuannya dalam menimbulkan keinginan dan perhatian siswa untuk mempelajari serta mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga dapat menimbulkan proses belajar mengajar yang aktif antara guru dan siswa. Dari pengertian di atas jelas bahwa guru memiliki peranan yang strategis dan merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan kelembagaan sekolah, karena guru merupakan pengelola Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bagi para siswanya. Kegiatan belajar mengajar akan efektif apabila tersedia guru yang sesuai dengan kebutuhan sekolah baik jumlah, kualifikasi maupun bidang keahliannya. Untuk mendapatkan guru-guru yang mempunyai kemampuan profesional seperti di atas, maka para guru harus mengalami pendidikan terlebih dahulu. Dan UPI sebagai lembaga kependidikan mempunyai program pendidikan yang dinamakan Program Pengalaman Lapangan (PPL).
        Program Pengalaman Lapangan merupakan salah satu program pendidikan guru, mempunyai peranan penting dalam mengembangkan dan melatih berbagai keterampilan yang diperlukan bagi setiap calon guru. Persyaratan untuk dapat mengikuti PPL  yaitu telah lulus semua Mata Kuliah Profesi (MKP). Dalam pelaksanaan PPL, mahasiswa praktikan memperoleh pengalaman dan keahlian sebagaimana layaknya seorang pendidik yang sudah memiliki wewenang secara penuh.
          Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan sebelum mengadakan penelitian, dari 10 mahasiswa dalam satu kelompok PPL, hanya tiga mahasiswa yg menyatakan berminat ingin berprofesi menjadi guru. Sehingga penulis melihat teman-teman kuliah pada saat melaksanakan PPL, pada umumnya ada yang terlihat berminat untuk berprofesi  menjadi guru, ada juga yang hanya sekadar formalitas dalam melaksanakan PPL, dan cenderung lebih memilih ke dunia arsitektur.
         Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis sebagai calon sarjana pendidikan tertarik untuk mengambil dan memilih judul:
“Pengaruh Pelaksanaan Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan terhadap Minat untuk Berprofesi menjadi Guru pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK – UPI”

1.2.Identifikasi  Masalah
            Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah  :
a)   Rendahnya minat mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Arsitektur terhadap profesi guru, yang dilihat dari hasil wawancara yang penulis lakukan sebelum mengadakan penelitian.
b)  Kurangnya pemanfaatan secara optimal hasil belajar mata kuliah PPL oleh mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Arsitektur. 
1.3.       Pembatasan  dan Perumusan Masalah
1.3.1.                Pembatasan Masalah
Memperhatikan identifikasi masalah  yang telah diuraikan di atas, untuk memperjelas arah penelitian dan agar masalah yang diteliti sesuai dengan maksud, maka penulis membatasi penelitian  sebagai berikut:
a)   Pelaksanaan mata kuliah PPL dibatasi pada penguasaan membina keterampilan mengajar dan kemampuan membina intra dan ekstrakurikuler.
b)  Minat mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Arsitektur yang telah melaksanakan PPL untuk berprofesi menjadi guru.
c)   Penelitian ini dikhususkan untuk mahasiswa FPTK UPI jenjang S-1 Prodi Pendidikan Teknik Arsitektur yang sudah melaksanakan mata kuliah PPL pada tahun ajaran 2010/2011 dan tahun ajaran 2011/2012. 
1.3.2.               Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian adalah sebagai berikut :
a)     Bagaimana Pelaksanaan mata kuliah Program Pengalaman Lapangan pada mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Arsitektur?
b)   Bagaimana minat untuk berprofesi menjadi guru pada mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Arsitektur yang telah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan?
c)    Seberapa besar pengaruh mata pelaksanaan kuliah Program Pengalaman Lapangan terhadap minat untuk berprofesi menjadi guru pada mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Arsitektur?

1.4.     Penjelasan Istilah Dalam Judul
Untuk menghindari perbedaan pemahaman dalam penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian.
Adapun penjelasan istilah adalah sebagai berikut :
1.      Pengaruh
      Pengaruh adalah suatu yang dapat membentuk perilaku, kepercayaan, atau tindakan  seseorang  (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Populer, 1995:458).
2.      Program Pengalaman Lapangan (PPL)
      Program Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu kegiatan pendidikan dan pelatihan profesional tenaga pendidik (guru) dan tenaga lainnya, sebagai mata kuliah yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa UPI. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan calon-calon tenaga pendidik atau guru, tenaga kependidikan lain, dan calon pemegang profesi lainnya. PPL mencakup pembinaan dan pelatihan  kemampuan profesional guru dan tugas-tugas kependidikan lainnya serta tugas-tugas di luar kependidikan secara terbimbing dan terpadu guna memenuhi persyaratan profesi kependidikan dan non-kependidikan.
3.      Minat untuk Berprofesi menjadi Guru
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 1995:144).
Obyek minat biasanya dinyatakan dengan kata kerja, misalnya : mengajar, berolah raga, bermain music, dan sebagainya. Jadi minat selalu berhubungan dengan kegiatan atau tingkah laku seseorang atau sekelompok orang. Dan obyek dapat diketahui dengan menanyakan subyek secara langsung, kegiatan/pekerjaan apa yang disukai atau yang tidak disukai.
Jadi yang dimaksud dengan minat terhadap profesi guru adalah kecenderungan perhatian dan perasaan tertarik untuk melaksanakan upaya menjadi guru seperti kegiatan menambah pengetahuan yang berkaitan dengan keguruan, mengenal peserta didik dan meningkatkan keterampilan untuk menjadi guru.

1.5.    Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)     Untuk mengetahui pelaksanaan mata kuliah PPL pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Arsitektur.
b)        Untuk mengetahui minat untuk berprofesi menjadi guru pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Arsitektur yang telah melaksanakan PPL untuk berprofesi menjadi guru.
c)   Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan mata kuliah Program Pengalaman Lapangan terhadap minat untuk berprofesi menjadi guru mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Arsitektur.

1.6.    Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapakan melalui kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.        Manfaat Teoritis
     Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada bidang peningkatan kualitas pendidikan di Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI. Sehingga penelitian dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.
2.         Manfaat Praktis
a)      Bagi Lembaga Pendidikan
Dapat dijadikan tambahan wawasan mengenai pengaruh  mata kuliah PPL terhadap minat mahasiswa untuk berprofesi menjadi guru setelah melaksanakan PPL, dan sebagai bahan masukan juga bagi pihak Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) untuk dapat menyediakan situasi dan kondisi yang bisa merangsang minat mahasiswa..  
b)      Bagi Peserta Didik/Mahasiswa
Sebagai bahan referensi dan pengetahuan bagi peserta didik/mahasiswa tentang pengaruh motivasi terhadap minat untuk berprofesi menjadi guru.
c)      Bagi Penulis
Untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Teknik Arsitektur (S.Pd), serta menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai bekal untuk terjun dalam lingkungan masyarakat.

Media Instruksional Edukatif

Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Melalu proses komunikasi, pesan atau informasi dapat diserap dan dihayati orang lain. Agar tidak terjadi kesesatan dalam proses komunikasi perlu digunakan sarana yang membantu proses komunikasi yang disebut media. Dalam proses belajar mengajar, media yang digunakan untuk memperlancar komunikasi belajar mengajar disebut Media Instruksional Edukatif.
Suatu istilah teknis yang hanya dipakai oleh penyusun buku ini untuk menggantikan istilah media pendidikan, media istruksional ataupun istilah-istilah lain yang memiliki maksud dan makna yang sama. Istilah Media Instruksional Edukatif dipakai atas dasar dari dimensi proses instruksional yang sesungguhnya mencakup unsur-unsur normatif. Dan dari beberapa pengertian yang ada, dapat disimpulkan bahwa media instruksional edukatif adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil instruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah.
Adapun ciri-ciri media instruksional edukatif adalah:
1.      Identik dengan alat peraga langsung dan tidak langsung.
2.      Digunakan dalam proses komunikasi instruksional.
3.      Merupakan alat yang efektif dalam instruksional.
4.      Memiliki muatan normatif bagi kepentingan pendidikan.
5.    Erat kaitannya dengan metode mengajar, khususnya komponen-komponen sistem instruksional lainny.
Peranan dan fungsi media instruksional edukatif sangat dipengaruhi oleh ruang, waktu, pendengar (penerima pesan atau peserta didik) serta sarana dan prasarana yang tersedia, di samping sifat dari media instruksional edukatif.
Peranan media instruksional edukatif:
a.       Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik.
b.      Mengatasi batas-batas ruang kelas.
c.     Mengatasi kesulitan apabila suatu benda sacara langsung tidak dapat diamati karena terlalu kecil.
d.     Mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat, sedangkan proses gerakan itu menjadi pusat perhatian peserta didik.
e.   Mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian demi bagian untuk diamati secara terpisah.
f.       Mengatasi suara yang terlalu halus untuk didengar secara langsung melalui telinga.
g.  Mengatasi peristiwa-peristiwa alam.Memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau dengan keadaan alam sekitar.
i.   Memberikan kesamaan/kesatuan dalam pengamatan terhadap sesuatu yang pada awal pengamatan peserta didik berbeda-beda.
j.        Membangkitkan minat belajar yang baru dan membangkitkan motivasi kegiatan belajar peserta didik.

Gambar: Media Karikatur

Gambar: Media Komik

Gambar: Media OHP

Gambar: Media Radio

Gambar: Media Slide